Biografi Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun |
Ibnu Khaldun lahir pada tanggal 1
Ramadhan 732 H. (27 Mei 1332 M.), di Turbah Bay, Tunisia Afrika Utara. Nama
lengkapnya adalah Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin bin Khaldun. Nama kecilnya
Abdurrahman. Nama panggilannya Abu Zaid, gelarnya Waliuddin, dan nama populernya
Ibnu Khaldun.
Dalam literatur lain, Panggilan ataupun
nama Ibnu Khaldun, lebih didahulukan gelarnya, yaitu Waliuddin Abu Zaid
Abdurrahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadhrami. Pendapat kedua
inilah yang banyak ditemukan di dalam literatur-literatur sejenis tentang Ibnu
khaldun, seperti karya Ma’arif, dan Ali Audah. Ibnu Khaldun merupakan anak ke-2
dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Abu Abdillah Muhammad (wafat 749 H/1339
M.). Ia lahir dari keluarga terkemuka dalam bidang agama, ilmu pengetahuan
maupun politik. Kakeknya yang tertua, Khaldun ibn al-Khattab, pindah dari
Hadhramaut, Yaman Selatan ke Seville di Andalusia (Spanyol) pada abad ke-9 M.
Ia lahir dan besar di tengah setting sosial
masyarakat Islam yang penuh dengan gejolak, kemerosotan, dan
disintegrasi. Masyarakat Islam yang mengalami penurunan pengetahuan dan
peradaban, masyarakat yang tengah mengalami konflik dan intrik politik,
dan pemerintahan yang digerogoti oleh
korupsi, kolusi dan nepotisme. Dengan demikian, pada konteks ini
Khaldun menyaksikan langsung pertumbuhan dan kemunduran kekuasaan Islam di
Spanyol. Peristiwa itu sedikit banyak mempengaruhi keputusan keluarga Khaldun
untuk hijrah ke Maroko, menjelang kejatuhan Seville pada tahun 1248.
Gambar. Peta Andalusia (Spanyol) Sumber : Philip K. Hitti, History Of The Arabs, hal. 663 |
Kendati terjadi instabilitas politik dan
lingkungan intelektual yang kurang mendukung, namun tidak menghalangi dan
menyurutkan semangat Ibnu Khaldun untuk mengembangkan pemikiran besarnya dan
terlibat dalam dunia politik praktis. Tercatat sebelum berusia 20 tahun Ibnu
Khaldun telah terlibat dalam berbagai intrik politik. Sebagian besar hidupnya
pun dihabiskan dalam pengembaraan intelektual dan politik praktisnya, dari satu
ke tempat lain, dari Tunis-Fez-Seville-Granada-Carmona-Cordoba-Bougie (Afrika
Utara)-Hunayn-Tlemcen-Tunis-Mesir-Siria-Mongolia -Mesir.
Gambar. Peta Petualangan Kehidupan Ibnu Khaldun Sumber : Muhammad Hozien, Ibnu Khaldun His Life and Work, |
Fase pendidikan Ibnu
Khaldun diawali dari rumahnya sendiri. Ayahnya Abu Abdillah Muhammad adalah
guru pertamanya. Seperti biasa berlaku di negara-negara Islam, sewaktu kecil
Ibnu Khaldun mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan ilmu tajwid. Selanjutnya,
ia pun belajar ilmu-ilmu syariat, seperti tafsir, hadits, ushul, tauhid dan
fiqih mazhab Maliki. Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu-ilmu bahasa,
seperti nahwu, sharaf, balaghah, kesusastraan, logika,
filsafat, dan matematika.
Tahun 1354 M, Ibnu
Khaldun berangkat ke Fez, di sinilah ia menyelesaikan pendidikan tingginya
dengan dan bersama-sama para ulama ternama di zamannya. Menurut Ibn al Khaththib sejak menjadi
mahasiswa di Fez, Ibnu Khuldun sudah mulai menulis buku-buku, sebelum ia
menulis Muqaddimah yang merupakan karya monumentalnya.
Lanjutnya
al-Khaththib mengatakan, bahwa Khaldun pernah menulis satu uraian panjang dari
kitab Burdah karangan al Bushiri yaitu kitab madah dan puji-pujian
tentang Rasulullah dalam bentuk syair-syair yang indah. Di samping itu, ia juga
telah membuat beberapa ringkasan dari buku-buku karangan Ibnu Rusyd (Averroes),
ringkasan kitab Muhassal karangan Fakhruddin ar-Razi, dan satu buku
tentang dasar-dasar ilmu hitung.
Tahun 1357 – 1382
merupakan periode karir politik Ibnu Khaldun yang penuh dengan ambisi,
oportunis, kecerdasan diplomatis, intrik, persekongkolan, dan konspirasi
politik dari satu penguasa ke penguasa lain. Bahkan karena konspirasi
politiknya pada Sultan Abu Anan di Fez pada tahun 1357M/758 H, Ibnu Khaldun
ditangkap dan dipenjarakan selama 21 bulan. Ia baru dilepaskan pada akhir tahun
1358, setelah Sultan Abu Anan meninggal.
Setelah bertualang
selama kurang lebih 17 tahun dalam kehidupan politik praktis, nalurinya sebagai
seorang ilmuan memaksanya memasuki tahapan baru dari kehidupannya yaitu
menyendiri (ber-khalwat). Dalam masa ini, dari tahun 1374-1378, beliau
menyelesaikan karya Muqaddimah yang populer dengan sebutan Muqaddimah
Ibnu Khaldun, sebuah karya yang seluruhnya berdasarkan observasi dan ketajaman
pemikiran yang sangat baik. Pada tahun 1378 M, selanjutnya Khaldun meninggalkan
Qal’at Ibnu Salamah menuju Tunis. Di Tunis ia mendapatkan tugas menuju Makkah
24 Oktober 1382 untuk ibadah haji dan singgah di Kairo. Sampai di sini, berakhirlah
petualangan Ibnu Khaldun dalam intrik-intrik politik yang kadang membuatnya
menjadi seorang oportunis.
Dalam periode ini,
menurut Wafi Ibnu Khaldun merupakan sosok yang mempunyai ambisi sangat besar
yang memiliki kecenderungan yang arogan dalam dirinya. Bagi Wafi inilah prinsip
yang telah dilaksanakan Ibnu Khaldun dalam hidupnya semenjak masa mudanya sampai
waktu meninggalnya. Berbeda dengan Wafi, Gaston Bouthoul dalam karyanya Ibn
Khaldoun sa philosopie sociale menyatakan bahwa kita sebelum memberi
hukuman atas moral dan nilai kepribadian Khaldun dan menuduhnya tidak mempunyai
pendirian dan tidak mempunyai kesetiaan, hendaknya memperhatikan
kondisi-kondisi masanya. Dalam kondisi dinasti-dinasti Islam yang ada ketika
itu, maka pengkhianatan satu-satunya adalah pengkhianatan keagamaan. Sebab
perasaan terikat pada tanah air saat itu belum ada, dan kesadaran suci
satu-satunya adalah kesadaran keagamaan.
Tahun 1382-1406,
merupakan periode akademis dan kehakiman Ibnu Khaldun yang banyak dihabiskan di
Mesir. Pada masa ini dinasti Mamluk sedang berkuasa. Kemajuan peradaban dan
stabilitas politik saat itu menjadikan Ibnu Khaldun lebih leluasa berkarir
sebagai akademisi dan Hakim agung mazhab Maliki.
Gambar. Peta Dinasti Mamluk Sumber : Philip K. Hitti, History Of The Arabs, hal 876. |
Ibnu Khaldun memberi kuliah di
lembaga-lembaga pendidikan Mesir, seperti Universitas al-Azhar, Sekolah Tinggi
Hukum Qamhiyah, Sekolah Tinggi Zhahiriyyah dan Sekolah Tinggi Sharghat
Musyiyyah. Mata kuliah yang disampaikan adalah fiqih, hadits dan beberapa teori
tentang sejarah dan sosial kemasyarakatan yang telah ditulisnya dalam Muqaddimah.
Mengenai hal ini, al-Muqrizi dan Ibnu Hajar al-Asqalani menuturkan bahwa:
“pengunjung yang hadir dalam kuliah Ibnu Khaldun sangat banyak, mereka kagum
kepada Ibnu Khaldun. Karena gaya berbicaranya yang fasih dan baligh, di samping
pengetahuannya yang cukup tinggi terutama tentang ilmu sejarah dan
kemasyarakatan.”
Setelah hidup dalam petualangannya yang
sangat panjang, Ibnu Khaldun yang sangat dikagumi orang karena pengetahuannya
yang luas, kecemerlangan pemikirannya, kemampuan politik praktisnya, dan lewat magnum
opusnya Muqaddimah, pada tanggal 26 Ramadhan 808 H, bertepatan dengan
tanggal 17 Maret 1406 M, wafat dalam usia 76 tahun. Ia dimakamkan di kawasan
pemakaman kaum sufi di Bab el-Nashr, Kairo, Mesir.
Sumber :
Buku : Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun
Penulis : Ahmad Tarmiji Alkhudri
Penerbit : Edukati
Sumber :
Buku : Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun
Penulis : Ahmad Tarmiji Alkhudri